Peradaban manusia selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan zaman mulai dari zaman batu hingga saat ini yang cenderung mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jenis peradaban manusia ditandai dengan pola pikir dan perilaku sekelompok manusia yang berbeda karakteristiknya sesuai dengan tempat tinggal dan alam yang mempengaruhinya.
Sistem kehidupan berkelompok manusia dengan perilaku dan karakteristiknya tersebut yang membedakan satu kelompok dengan yang lainnya secara sederhana dapat disebut budaya. Prinsip nilai budaya pada dasarnyatidak dapat berubah, yang berubah adalah penerapannya melalui ritual dan perilaku masyarakat budayatersebut.
Terbentuknya sistem pemerintahan saat ini tidak terlepas dari peran budaya nenek moyang sehingga dapat membedakan satu negara dengan negara yang lain, Kabupaten yang satu dengan yang lainnya, dan seterusnya dengan karakteristiknya masing – masing.
Aesesa Selatan merupakan Kecamatan yang unik dimana penduduknya masih dalam satu struktur budaya yang sangat kental dalam lingkaran suku besar SUKU REDU. Luas wilayah kecamatan Aesesa Selatan sama dengan luas tanah ulayat suku REDU.
Dalam sistem kehidupannya, orang Redu sangat menjunjung tinggi nilai – nilai budaya yang diwariskan oleh leluhurnya.
Masyarakat adat Redu sudah menerapkan dialog budaya yang sangat baik dan dipatuhi oleh semua anggota suku yang tinggal di wilayah Redu. Dalam proses penyelesaian konflik dan persoalan baik internal maupun eksternal selalu diutamakan kearifan lokal yang merupakan nilai budaya orang Redu.
Sampai saat ini, sejarah nenek moyang suku Redu sangat jelas. Ritual adat/budaya masih dijalankan dengan baik. Situs budayanya masih terpelihara dengan baik dan terus diwariskan kepada generasi ke generasi.
Struktur budayanya juga jelas dan dipatuhi oleh semua anggota suku. Walaupun mempunyai karakteristik yang sangat unik, masyarakat suku Redu juga membuka dirinya kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini tercermin dalam kerja sama yang baik antara BUDAYA, AGAMA dan PEMERINTAH yang sering diistilahkan LIKA TELU MA’E PAPA WELU (tiga batu tungku jangan saling pisah). Nilai budayadijadikan filter (penyaring) bagi perkembangan zaman yang masuk ke wilayah suku Rendu.
SEJARAH SINGKAT SUKU REDU
Suku Redu merupakan suku pertama yang mendiami wilayah Kecamatan Aesesa Selatan. Orang-orang suku Redu diperkirakan sudah ada di Flores sejak abad ke 10 hingga 12. Menurut penuturan tua-tua adat Redu. Orang Redu pertama kali masuk ke wilayah Flores melalui Utara Flores yang dipimpin Ebu Dapa Redu, Ebu Rada (Turunan di Suku Toto), Ebu Rangga (Lio). Jejak Ketiga Orang ini bisa diketahui dari Warisan Budaya antara orang Redu dan Orang Toto yang sampai hari ini memiliki hubungan Tura Jaji atau dilarang untuk menjadi suami istri karena dari masing-masing keturunan merupakan satu kesatuan dan memiliki ikatan persaudaraan (se darah). Untuk mempertegas itu, orang dulu membuat perjanjian adat untuk tura jaji.
Setelah sampai di Flores, kelompok orang redu berpindah – pindah dan berpisah dengan Ebu Rada dan Rangga. Kelompok orang Redu yang dipimpin Ebu Dapa Redu pada akhirnya menetap di Warikeo (Ratedao) dan mereka membangun kampung adat dan Peo ( Fa Wae). Dalam perjalanan mendiami kampung Warike'o, terjadi bencana alam (boko wika) sehingga mereka berpindah ke arah Wolowea. Dalam perjalanan tersebut orang redu bertemu dengan orang Wolowea yang sedang berperang melawan orang Labo (Lambo) dan mereka dimintai bantuan oleh orang Wolowea (Sepe Teda dan Jawa Mara) untuk berperang melawan orang lambo. Tanpa berpikir panjang, orang Redu bersedia membantu orang Wolowea untuk berperang. Mereka dipimpin oleh 7 Panglima, yakni: Raja Tawa, Mosa Fo’a, Jogo Sela,Ture Aji, Diwa Wea, Paso Mango, Laki Lengi.
Dalam peperangan itu, orang Redu berhasil memukul mundur orang Lambo dan sebagai hadiah/upah atas kemenangan perang tersebut, maka orang Wolowea memberi tanah dengan batas – batas :
Timur : lange Dora ne’e Toto
Barat : lange Gero ne’e Dhere Isa
Utara : lange Nete Segho
Selatan : lange ne’e da Wolowea
Berikut potret kampung lama orang Redu di Warike'o.
"Bekas Peo Suku Redu di Kampung Tua Redu di Warike'o. Warike'o merupakan bekas kampung tua/lama orang Redu (Rendu) sebelum mereka turun ke Redu Wawo (Renduwawo) dan kemudian ke Redu Ola (Renduola). Susunan batu yang mengelilingi kampung orang Suku Redu pada masa itu masih tersusun rapih. Bekas Kampung ini diperkirakan sudah berumur puluhan Abad. Dari penuturan para tetua orang Rendu, generasi pertama yang mendiami kampung ini dipimpin Ebu Dapa Redu. Jika diurut sampai dengan hari ini dari Ebu Dapa Redu sudah ada 15 keturunan."
Kampung pertama suku redu di wilayah Aesesa Selatan kini adalah Redu Wawo dengan Peo yang dibangun namanya “ LALU KOLI ”.
Dalam perjalanan waktu orang rendu pindah kampung lagi ke Rendu Ola dan membangun Peo dengan nama Peo “ BANGO BEBU ”.
Dalam kehidupan berbudaya di suku redu, sepanjang tahun orang Redu rutin melakukan ritual adat. Ritual yang dilakukan dan diwariskan oleh para pendahulu kini diteruskan oleh generasi Redu itu sendiri.
Berikut adalah kalender adat suku Redu.
Sumber foto: Faris Tiba. (tutubhada)
Sumber bacaan: Tugas akhir Petrus Djo
(tulisan mengenai sejarah redu mungkin belum lengkap, kami bersedia menerima masukan dari pembaca. silakan tambahkan di komentar)